Nuclear Abolition News and Analysis

Reporting the underreported threat of nuclear weapens and efforts by those striving for a nuclear free world.
A project of The Non-Profit International Press Syndicate Group with IDN as flagship agency in partnership with Soka Gakkai International in consultative
status with ECOSOC.

logo_idn_top
logo_sgi_top

Watch out for our new project website https://www.nuclear-abolition.com/

About us

TOWARD A NUCLEAR FREE WORLD was first launched in 2009 with a view to raising and strengthening public awareness of the urgent need for non-proliferation and ushering in a world free of nuclear weapons. Read more

IDN Global News

Nuclear Weapons and Climate Change Threaten Human Survival – BAHASA

Senjata Nuklir dan Perubahan Iklim Mengancam Kelangsungan Hidup Manusia

John Avery mewawancarai David Krieger

Foto (atas): David Krieger, Pendiri dan Presiden Nuclear Age Peace Foundation. Kredit: NAPF

KOPENHAGEN | SANTA BARBARA, CA (IDN) – Satu dari lima faktor dapat memicu perang nuklir kapan saja: kejahatan, kegilaan, kesalahan, salah hitung, dan manipulasi. “Dari lima faktor ini, hanya kejahatan yang mungkin bisa dicegah dengan deterensi nuklir dan sekalipun begitu tetap tidak ada kepastian. Tetapi deterensi nuklir (ancaman pembalasan nuklir) sama sekali tidak akan efektif melawan kegilaan, kesalahan, salah hitung, atau manipulasi (peretasan),” David Krieger menjelaskan kepada John Scales Avery dalam sebuah wawancara luar biasa.

Krieger adalah Pendiri dan Presiden Nuclear Age Peace Foundation (NAPF) yang telah berkomitmen untuk membentuk dunia bebas dari senjata nuklir sejak 1982. Dia telah bekerja dengan terus-menerus dan gigih untuk perdamaian dan penghapusan total senjata nuklir. Avery adalah seorang akademisi dan ilmuwan terkemuka, dan seorang aktivis perdamaian yang penuh semangat.

Sebagaimana tercermin dalam T&J ini, Avery dan Krieger sangat mengagumi satu sama lain, dan hal itu terlihat jelas. Demikian juga gaya dan konten wawancara tidak terbatas dalam kungkungan editorial.

Berikut ini adalah teks lengkap dari wawancara:

John Avery | CountercurrentsJohn Avery (JA): David, saya telah lama mengagumi karya sepanjang hidup Anda yang penuh dedikasi dan heroik untuk penghapusan senjata nuklir secara sepenuhnya. Anda memberi saya kehormatan besar dengan menjadikan saya penasihat Nuclear Age Peace Foundation (NAPF). Bisakah Anda ceritakan sedikit tentang keluarga Anda, serta kehidupan awal dan pendidikan Anda? Apa langkah-langkah yang membuat Anda menjadi salah satu penganjur penghapusan sepenuhnya senjata nuklir paling terkenal di dunia?

David Krieger (DK): John, Andalah yang memberi kami kehormatan dengan bersedia menjadi penasihat Nuclear Age Peace Foundation. Anda adalah salah satu orang yang saya kenal yang paling berpengetahuan tentang bahaya nuklir dan teknologi lainnya terhadap masa depan kehidupan di planet kita, dan Anda telah menulis dengan cemerlang tentang ancaman-ancaman ini.

Mengenai keluarga saya, kehidupan awal dan pendidikan, saya dilahirkan tiga tahun sebelum kota Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan oleh senjata nuklir. Ayah saya adalah seorang dokter anak, dan ibu saya seorang ibu rumah tangga dan sukarelawan rumah sakit. Keduanya sangat berorientasi pada perdamaian, dan keduanya sepenuhnya menolak militerisme.

Saya bisa menggambarkan tahun-tahun awal kehidupan saya sebagian besar berjalan lancar. Saya kuliah di Occidental College, tempat saya menerima pendidikan dan pengetahuan yang bagus. Setelah lulus dari Occidental, saya mengunjungi Jepang, dan tersadar karena melihat kehancuran yang diderita oleh Hiroshima dan Nagasaki. Saya menyadari bahwa di AS, kami melihat pemboman ini “dari atas awan jamur”, yakni sebagai pencapaian teknologi, sementara di Jepang pemboman itu dilihat “dari bawah awan jamur”, yakni sebagai peristiwa tragis pemusnahan massal tanpa pandang bulu.

Setelah kembali dari Jepang, saya kuliah pascasarjana di Universitas Hawaii dan memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu politik. Saya juga direkrut oleh militer, tetapi dapat bergabung dengan pasukan cadangan sebagai cara alternatif untuk memenuhi kewajiban militer saya. Sayangnya, saya kemudian dipanggil untuk bertugas aktif.

Di kemiliteran, saya menolak perintah untuk bertugas ke Vietnam dan mengajukan status keberatan atas dasar hati nurani. Saya percaya bahwa Perang Vietnam adalah perang ilegal dan tidak bermoral, dan saya enggan bertugas di sana. Saya membawa kasus saya ke pengadilan federal dan akhirnya diberhentikan dengan hormat dari militer. Pengalaman saya di Jepang dan di Angkatan Darat AS membantu membentuk pandangan saya terhadap perdamaian dan senjata nuklir. Saya menjadi percaya bahwa perdamaian adalah keharusan di Zaman Nuklir dan bahwa senjata nuklir harus dihapuskan.

JA: Kemanusiaan dan biosfer terancam oleh bahaya perang termonuklir yang menghancurkan semua. Ini bisa terjadi melalui kegagalan teknis atau manusia, atau eskalasi perang yang tidak terkendali yang awalnya dilakukan dengan senjata konvensional. Bisakah Anda mengatakan sesuatu tentang bahaya besar ini?

DK: Ada banyak cara perang nuklir dapat dimulai. Saya suka berbicara tentang lima faktor. Ini adalah: kejahatan, kegilaan, kesalahan, salah hitung, dan manipulasi. Dari lima faktor ini, hanya kejahatan yang mungkin bisa dicegah dengan deterensi nuklir dan sekalipun begitu tetap tidak ada kepastian. Tetapi deterensi nuklir (ancaman pembalasan nuklir) sama sekali tidak akan efektif melawan kegilaan, kesalahan, salah hitung, atau manipulasi (peretasan).

Seperti yang Anda katakan, perang apa pun di zaman nuklir dapat meningkat menjadi perang nuklir. Saya percaya bahwa perang nuklir, bagaimana pun hal itu bermula, merupakan bahaya terbesar yang dihadapi manusia, dan hanya dapat dicegah dengan penghapusan total senjata nuklir, yang dicapai melalui negosiasi yang bertahap, dapat diverifikasi, tidak dapat dibatalkan, dan transparan.

JA: Dapatkah Anda menggambarkan dampak perang nuklir terhadap lapisan ozon, suhu global, dan agrikultur? Bisakah perang nuklir mengakibatkan kelaparan skala besar?

DK: Pemahaman saya adalah perang nuklir akan menghancurkan lapisan ozon yang mengakibatkan radiasi ultraviolet tingkat ekstrem mencapai permukaan bumi. Selain itu, perang nuklir akan secara dramatis menurunkan suhu, sehingga dapat melemparkan planet ke Zaman Es baru. Efek dari perang nuklir terhadap agrikultur akan sangat mencolok.

Ilmuwan atmosfer menjelaskan bahwa perang nuklir “kecil” antara India dan Pakistan di mana masing-masing pihak menggunakan 50 senjata nuklir ke kota-kota pihak lawan akan melontarkan jelaga yang cukup banyak ke stratosfer untuk menutupi sinar matahari, mempersingkat musim tanam, dan menyebabkan kelaparan massal yang dapat membawa kematian sekitar dua miliar manusia. Perang nuklir besar akan menghasilkan efek yang lebih parah, termasuk kemungkinan menghancurkan kehidupan paling kompleks di planet ini.

JA: Bagaimana dengan efek radiasi dari jatuhan debu nuklir? Bisakah Anda menggambarkan efek tes nuklir di atol Bikini pada orang-orang di Kepulauan Marshall dan pulau-pulau terdekat lainnya?

DK: Jatuhan debu radioakti adalah salah satu bahaya yang hanya muncul dari senjata nuklir. Antara 1946 dan 1958, AS melakukan 67 uji coba nuklir di Kepulauan Marshall, dengan kekuatan setara dengan meledakkan 1,6 bom Hiroshima setiap hari selama periode dua belas tahun. Dari tes ini, 23 dilakukan di Atol Bikini di Kepulauan Marshall.

Beberapa dari tes ini mencemari pulau-pulau dan kapal penangkap ikan yang jaraknya ratusan kilometer dari lokasi pengujian. Beberapa pulau sampai sekarang masih terlalu terkontaminasi untuk kembali dihuni. Perlakuan AS terhadap orang-orang di Kepulauan Marshall yang menderita dampak jatuhan radioaktif amat memalukan. Mereka diperlakukan seperti babi percobaan, orang-orang itu diselidiki untuk mempelajari lebih lanjut efek radiasi pada kesehatan manusia.

JA: Nuclear Age Peace Foundation bekerja sama dengan Kepulauan Marshall menuntut semua negara yang menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir [NPT] dan yang saat ini memiliki senjata nuklir karena melanggar Pasal VI NPT. Bisakah Anda menggambarkan apa yang terjadi? Menteri luar negeri Kepulauan Marshall, Tony de Brunn, menerima Right Livelihood Award untuk peran sertanya dalam gugatan tersebut. Bisakah Anda menjelaskan tentang hal ini?

DK: Nuclear Age Peace Foundation berkonsultasi dengan Kepulauan Marshall mengenai tuntutan hukum mereka yang heroik terhadap sembilan negara bersenjata nuklir (AS, Rusia, Inggris, Perancis, Cina, Israel, India, Pakistan, dan Korea Utara). Gugatan di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag adalah terhadap lima negara pertama karena kegagalan mereka untuk memenuhi kewajiban perlucutan senjata berdasarkan Pasal VI NPT untuk negosiasi mengakhiri perlombaan senjata nuklir dan mencapai perlucutan senjata nuklir. Empat negara bersenjata nuklir lainnya, yang bukan merupakan pihak dalam NPT, digugat karena kegagalan untuk bernegosiasi, tetapi di bawah hukum kebiasaan internasional. Selain itu AS juga dituntut di pengadilan federal AS.

Dari sembilan negara, hanya Inggris, India dan Pakistan yang bersedia menerima yurisdiksi wajib ICJ. Dalam tiga kasus ini Pengadilan memutuskan bahwa tidak ada kontroversi yang memadai antara para pihak dan memberhentikan kasus-kasus tanpa sampai ke substansi tuntutan hukum. Pemungutan suara dari 16 hakim di ICJ sangat ketat: dalam kasus melawan Inggris, para hakim memberi suara 8 lawan 8 dan kasus diputuskan dengan meminta suara dari presiden Pengadilan, yang berasal dari Perancis.

Kasus di pengadilan federal AS juga dihentikan sebelum mendengar alasan-alasan dari kasus ini. Kepulauan Marshall adalah satu-satunya negara di dunia yang bersedia menantang sembilan negara bersenjata nuklir dalam tuntutan hukum ini, dan melakukannya di bawah kepemimpinan berani Tony de Brunn, yang menerima banyak penghargaan untuk kepemimpinannya dalam masalah ini. Merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk bekerja sama dengannya dalam tuntutan hukum ini. Sayangnya, Tony meninggal pada tahun 2017.

JA: Pada tanggal 7 Juli 2017, Perjanjian tentang Larangan Senjata Nuklir (TPNW) disahkan oleh Majelis Umum PBB dengan suara mayoritas yang amat besar jumlahnya. Ini adalah kemenangan besar dalam perjuangan untuk menyingkirkan dunia dari bahaya pemusnahan akibat senjata nuklir. Bisakah Anda menerangkan tentang status Perjanjian itu saat ini?

DK: Perjanjian ini masih dalam proses mengumpulkan tanda tangan dan ratifikasi. Dan perjanjian ini baru akan mulai berlaku 90 hari setelah negara ke-50 mengajukan ratifikasi atau pengikatan diri. Saat ini, 69 negara telah menandatangani dan 19 telah meratifikasi atau mengikatkan diri, tetapi angka-angka ini sering berubah. ICAN [Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir] dan organisasi mitranya terus melobi berbagai negara untuk bergabung dalam perjanjian ini.

JA: ICAN menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas upayanya menuju pemberlakuan TPNW. Nuclear Age Peace Foundation adalah salah satu dari 468 organisasi yang membentuk ICAN, dan karena itu bisa dikatakan Anda telah menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Saya telah beberapa kali mencalonkan Anda, secara pribadi, dan NAPF sebagai organisasi untuk Hadiah Nobel Perdamaian. Bisakah Anda menceritakan pada kami kegiatan yang mungkin membuat Anda memenuhi syarat untuk penghargaan?

DK: John, Anda baik sekali telah mencalonkan saya dan NAPF beberapa kali untuk Hadiah Nobel Perdamaian, dan untuk itu saya sangat berterima kasih. Saya akan mengatakan bahwa pencapaian terbesar saya adalah mendirikan dan memimpin Nuclear Age Peace Foundation dan telah bekerja secara terus-menerus dan gigih untuk perdamaian dan penghapusan total senjata nuklir. Saya tidak tahu apakah ini akan memenuhi syarat untuk Hadiah Nobel Perdamaian, tetapi itu adalah pekerjaan yang baik dan layak yang saya banggakan. Saya juga merasa bahwa pekerjaan kami di Foundation, meskipun jangkauannya internasional, sebagian besar berfokus pada Amerika Serikat, dan di sana sangat sulit untuk membuat kemajuan.

Tetapi saya akan mengatakan ini: Bekerja untuk tujuan yang sangat berarti bagi seluruh umat manusia sangat layak disyukuri dan, dalam melakukan pekerjaan seperti itu, saya telah bertemu banyak sekali orang yang penuh dedikasi dan layak menerima Hadiah Nobel Perdamaian, termasuk Anda. Ada banyak orang yang berbakat dan berkomitmen dalam gerakan perdamaian dan penghapusan nuklir, dan saya kagum dan amat menghormati mereka semua. Pekerjaan itu sendirilah yang paling penting, bukan hadiah, bahkan Nobel sekalipun, meskipun pengakuan yang datang dari Nobel dapat membantu membuat kemajuan lebih lanjut. Saya pikir inilah yang terjadi dengan ICAN, yang kami ikuti sejak awal dan telah bekerja sama erat selama bertahun-tahun. Jadi, kami senang turut berbagi penghargaan ini.

JA: Kompleks industri militer di seluruh dunia membutuhkan adanya konfrontasi berbahaya untuk memberi pembenaran terhadap anggaran mereka yang sangat besar. Bisakah Anda mengatakan sesuatu tentang bahaya kerusakan yang diakibatkannya?

DK: Ya, kompleks industri militer di seluruh dunia sangat berbahaya. Bukan hanya kerusakan yang mereka timbulkan yang menjadi masalah, tetapi besarnya dana yang mereka terima yang menghilangkan berbagai program sosial untuk perawatan kesehatan, pendidikan, perumahan, dan melindungi lingkungan hidup. Jumlah dana yang masuk ke kompleks industri militer di banyak negara, dan khususnya di AS, tidak senonoh.

Baru-baru ini saya membaca buku bagus, berjudul Strength through Peace, ditulis oleh Judith Eve Lipton dan David P. Barash. Itu adalah sebuah buku tentang Kosta Rika, sebuah negara yang membubarkan tentaranya pada tahun 1948 dan sejak saat itu telah hidup sebagian besar dengan damai di bagian dunia yang berbahaya. Subjudul dari buku ini adalah “Bagaimana Demiliterisasi Membawa Perdamaian dan Kebahagiaan di Kosta Rika, & Apa yang Dapat Dipelajari oleh Dunia dari Negara Tropis Kecil ini.”

Ini adalah buku yang luar biasa yang menunjukkan bahwa ada cara yang lebih baik untuk mengejar perdamaian daripada melalui kekuatan militer. Mereka membalik diktum Romawi kuno. Orang-orang Romawi berkata, “Jika kamu menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang.” Contoh dari Kosta Rika mengatakan, “Jika Anda menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perdamaian.” Ini adalah jalan menuju perdamaian yang jauh lebih masuk akal dan layak.

JA: Apakah pemerintahan Donald Trump berkontribusi terhadap bahaya perang nuklir?

DK: Saya pikir bahwa Donald Trump sendiri telah berkontribusi pada bahaya perang nuklir. Dia narsis, licik, dan tanpa kompromi, yang merupakan kombinasi mengerikan dari sifat seseorang yang bertanggung jawab atas persenjataan nuklir paling kuat di dunia. Dia juga dikelilingi oleh orang-orang “Asal Bapak Senang”, yang umumnya hanya mengatakan kepadanya apa yang ingin dia dengar. Selanjutnya, Trump telah menarik AS keluar dari perjanjian dengan Iran, dan telah mengumumkan niatnya untuk menarik AS dari Perjanjian Senjata Nuklir Jarak Menengah [Perjanjian INF] dengan Rusia. Kontrol Trump terhadap persenjataan nuklir AS mungkin menjadi ancaman paling berbahaya dari perang nuklir sejak awal Zaman Nuklir.

JA: Bisakah Anda mengatakan sesuatu tentang kebakaran hutan saat ini di California? Apakah bencana perubahan iklim merupakan bahaya yang sebanding dengan bahaya bencana nuklir?

DK: Kebakaran hutan di California telah menghebohkan, merupakan yang terburuk dalam sejarah California. Kebakaran mengerikan ini adalah akibat lain dari pemanasan global, seperti juga dengan meningkatnya intensitas badai, topan, dan peristiwa cuaca lainnya. Saya percaya bahwa bencana perubahan iklim adalah bahaya yang sebanding dengan bahaya bencana nuklir. Bencana nuklir bisa terjadi kapan saja. Dengan perubahan iklim, kita sedang mendekati titik di mana iklim tidak mungkin lagi kembali ke keadaan normal dan bumi kita yang suci tidak akan dapat dihuni oleh manusia. [IDN-InDepthNews – 09 Desember 2018]

Foto (atas): David Krieger, Pendiri dan Presiden Nuclear Age Peace Foundation. Kredit: NAPF

Search

Newsletter

Report & Newsletter

Toward a World Without Nuclear Weapons 2022

Scroll to Top